Jumat, 28 November 2014

MUSEUM KAPAL SAMUDRARAKSA

Nenek moyangku seorang pelaut
gemar mengarung luas samudra

                        
Pernahkah anda mendengarkan lagu "Nenek Moyangku Seorang Pelaut" karangan Ibu Sud nampaknya bukan sekadar isapan jempol belaka. pada abad ke-8, para pelaut dari Kerajaan Mataram Kuno telah menjadi petualang yang ulung dan tangguh. Hal itu bisa dibuktikan dari adanya 10 relief kapal yang terpahat di dinding Candi Borobudur. Tak hanya itu, jauh sebelum bangsa Eropa berlayar mengarungi samudra dan menemukan benua Amerika, para pelaut-pelaut Jawa telah berlayar hingga benua Afrika. Bahkan saat pelaut Portugis tiba di Afrika pada pertengahan abad ke-16, orang Jawa telah lebih dulu berlayar sampai Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar.

Pada tahun 1982, seorang mantan Angkatan Laut Inggris bernama Phillipe Beale berkunjung ke Candi Borobudur dan terpesona dengan salah satu relief kapal yang terpahat di dinding candi. Keindahan relief kapal tersebut membuatnya tertarik untuk menciptakan kapal serupa guna melakukan ekspedisi dengan jalur yang ditempuh oleh para pelaut jaman dulu.

Rekonstruksi kapal pun dilakukan oleh As'ad Abdullah yang bertempat tinggal di Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur yang menjadi pembuat perahu kapal samudraraksa. Dengan menerapkan teknologi tradisional, kapal berukuran panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter ini berhasil tercipta. Tidak hanya sederhana dalam teknologi pembuatan, materi yang digunakan untuk membuat kapal pun semuanya berasal dari bahan sederhana. Badan kapal terbuat dari kayu ulin, cadik dari bambu, layar dari karung beras, dan tali kapal dari serat nanas serta ijuk. Kapal ini kemudian diberi nama Kapal Samudraraksa yang berarti pelindung lautan.

Ekspedisi menapaki kembali perjalanan penjelajahan bahari abad ke-8 melalui jalur kayu manis atau The Cinnamon Route pun dimulai. Kapal tanpa mesin yang dilengkapi dengan 2 layar tanjak, 2 kemudi, dan cadik ganda ini mengarungi samudra dengan rute Jakarta - Madagaskar - Cape town - Ghana. Setelah berbulan-bulan berlayar di lautan lepas dan hampir tenggelam saat berada di perairan Somalia, Kapal Samudraraksa berhasil merapat di Pelabuhan Tema, Accra, Ghana pada 23 Februari 2004. Kemudian kapal tersebut dibawa kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Museum Kapal Samudraraksa, Borobubur.

Seperti relief kapal yang terukir dengan indah di dinding Candi Borobudur, Kapal Samudraraksa berdiri dengan indah dan kokoh di ruang utama museum. Benda-benda yang digunakan pada saat pelayaran seperti peralatan memasak, buku, kaset, CD dan peralatan lain juga turut dipamerkan. Tak hanya itu, dokumentasi sejak proses pembuatan kapal, pelayaran, hingga pengiriman kapal kembali ke Indonesia dan pemasangannya di Museum Samudraraksa juga menghiasi dinding museum.

Jam buka:
Senin - Minggu, pk 06.00 - 17.00 WIB

Tiket naik kapal:
Rp. 100.000 / orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar